Pesona alam ibukota Australia memang sangat sayang jika dilewatkan. Semua orang mengakui bahwa Canberra, Ibukota Australia adalah kota buatan yang memiliki konsep desain yang lengkap. Pusat kota, keramaian, pemerintahan, perbelanjaan dan National park yang menjadi satu kesatuan lanskap yang tak terpisahkan. Menikmati keindahan alam adalah salah satu hal yang pertama dan utama bagi penduduk Canberra, khususnya para pelajar dalam mengisi waktu libur atau sekadar melepas penat. Tercatat tidak kurang dari 30 (tiga puluh) nature reserve tersebar mengelilingi Canberra. Salah satu objek yang menjadi pilihan pengunjung adalah Square Rock yang berlokasi di kawasan Namadgi National Park.
Kesempatan libur akhir pekan ini sengaja dimanfaatkan oleh beberapa mahasiswa Indonesia untuk mengeksplorasi Square Rock dan ingin membuktikan keindahan alam dan pemandangan yang mendapatkan predikat lima bintang versi Trip Advisor Australia. Sesuai dengan namanya, Square rock adalah gugusan batu raksasa berbentuk kotak persegi yang tersusun secara alami berada di puncak tebing. Terdapat kurang lebih empat batu besar menjulang tinggi yang dapat diakses untuk dapat dinaiki sehingga kita bias melihat pemandangan tebing yang sangat menakjubkan. Predikat bintang lima memang merepresantikan kepuasan dan ekspresi reviewer yang telah membuktikan keindahannya. Namun, kami lebih berpendapat bahwa keindahannya tidak hanya dapat di ungkapkan hanya dengan memberi jempol atau lima bintang, namun harus dibuktikan dengan mendatangi dan menyaksikan secara langsung. Adapun berikut ini adalah deskripsi singkat pengalaman petualangan versi kami sendiri.
Untuk mencapai destinasi, kami tim mahasiswa ANU berjumlah 8 orang memulai perjalanan dari salah satu asrama kampus di pusat kota Canberra. Tim menggunakan dua buah mobil yang masing masing berisi 4 orang dan memulai perjalanan ke destinasi pada pagi hari sekitar pukul 11.00. sampai tempat tujuan, perjalanan darat membutuhkan waktu sekitar 35 menit.
Tepat pukul 12.15, perjalanan dimulai. Sebelum memasuki jalur, kami mengisi buku tamu sebagai registrasi memasuki kawasan nature reserve. Sepanjang perjalanan menuju puncak, kami berpapasan dengan beberapa pengunjung yang tengah kembali dari puncak. Saling tegur dan saling sapa menambah hangat nya perjalanan kami menuju puncak. Kami mendapatkan bermacam-macam kategori pengunjung dari segi usia, kostum, ras, dan jumlah tiap grup nya. Sehingga kami berkesimpulan bahwa perjalanan ini terasanga sangat menyenangkan.
Canda, tawa, jokes, nyanyian, serta musik menemani perjalanan kami. Waktu tempuh dan medan terjal yang cukup menguras tenaga dan emosi seakan tidak terasa. Salah satu yang menjadi highlight perjalanan kami adalah casting iklan makanan biscuit yang tidak sedikit membuat beberapa teman kami tertawa dan penasaran dengan iklan yang sensasional tersebut. Intinya adalah, dalam perjalanan jauh, diperlukan hal-hal yang dapat menghibur sehingga jarak dan waktu tempuh perjalanan tidak terasa melelahkan.
Inilah yang menurut kami harus diikuti. Menjaga kebersihan. Hampir tidak satupun kami temukan sampah, bahkan sampah permen sekalipun yang tercecer di sepanjang jalan. Jalur square rock sangat bersih dari sampah makanan dan sampah lain. Satu hal yang menarik, bagi para perokok, di tengah jalur pendakian, disediakan areal lokasi khusus merokok dengan jalur khusus. Di mana perokok harus keluar dari jalur utama sejauh 1 kilometer. Hal ini perlu ditiru oleh tempat pendakian di Indonesia dimana kesadaran manusia untuk mencintai lingkungan sangat diperlukan untuk menjaga keberlangsungan lingkungan alam sekitar.
Tak terasa, setelah kurang lebih 90 menit perjalan, pada akhirnya kami sampai di lokasi tujuan: Square Rock. Pemandangan tebing yang terbentang luas membayar secara lunas plus bunga usaha dan kelelahan perjalanan yang kami tempuh. Hujan salju yang turun menambah dramatisme dan romantisme suasana di puncak Square Rock serta gugusan batu raksasa yang tersusun alami menegaskan keindahan lanskap yang hanya dapat dirasakan secara langsung oleh pengunjung. Tidak henti hentinya kami terpesona dan takjub dengan sajian lukisan alam sang Pencipta. Untuk melengkapi petualangan kami, swafiti foto dan video adalah hal yang tidak terlupakan.
Satu kejadian yang tidak diinginkan terjadi, salah satu rekan kami (inisial KRZ) terpeleset dan terjatuh ketika meloncati salah satu batu untuk mengambil gambar dari sudut yang lebih ekstrim. Akibatnya, sedikit sakit pada lutut dan kamera yang dibawanya sedikit tergores. Untungnya, tidak ada luka serius dan tidak terjatuh ke jurang. Keselamatan, kewaspadaan dan kehati-hatian tetap harus menjadi priortas utama dalam setiap perjalanan, gaes.
Setelah kurang lebih 30 menit berada di puncak Square Rock, dan angin dingin semakin kencang, kami memutuskan utuk turun. Waktu tempuh untuk turun relative lebih cepat. Tetapi, kami berhenti beberapa kali untuk mengambil foto dan video dokumentasi. Petualangan, pengalaman dan kesan perjalanan ini tak akan pernah terlupakan.
Jangan lupa tonton VoACT edisi Square Rock!
Penulis
Arif Dharmawan adalah (baru saja menjadi) alumni dari program Master of Public Policy di Crawford School, ANU. Ia memiliki minat di bidang olahraga (berita dan hiburan), fotografi, makanan dan traveling. Selain melakukan studi, ia adalah jurnalis muda semi-profesional di salah satu kantor berita di Canberra. Lensa Takumar telah menemaninya hingga Tasmania.
Website PPIA ACT membuka kesempatan bagi teman-teman yang ingin berbagi informasi seputar studi di Canberra. Selain tulisan, kami pun sangat tertarik untuk mempublikasikan karya fotografi untuk kolom CaptureCanberra. Untuk mempublikasikan artikel atau foto di website ini, teman-teman dapat mengirimkannya ke mnrizal[at]live.com.
Comments