Acara Ijab Kabul PPIA ACT di Februari ini dilaksanakan di University of Canberra (UC) tepatnya pada 13 Februari. Tema yang diangkat PPIA ACT kali ini ialah “Millenial Generations: What does it mean for disadvantaged people?” dengan menghadirkan 2 narasumber yaitu DR. Sitti Maesuri Patahuddin –Assistant Prof. at STEM Education Research Centre (SERC) dan Butet Manurung (Founder and Director of SOKOLA Institute – Centre of Indigenous Peoples Research and Education).
Dalam diskusi ini, DR. Sitti bercerita tentang pengalamannya memimpin proyek pemberdayaan para guru di pelosok NTB dengan melibatkan kemajuan teknologi seperti penggunaan sosial media sebagai media komunikasi dengan para guru binaannya. Berdasarkan pengalaman beliau, salah satu karakteristik yang kental dari generasi millennial alah mereka memiliki kemudahan dalam mengakses informasi namun demikian tantangan yang dihadapi generasi ini jauh melampaui peluang yang tersedia.
Pengalaman yang tidak kalah menarik juga disampaikan oleh Butet Manurung yang didapatkannya ketika membina masyarakat asli yang menempati wilayah hutan (forest people) Sumatra. Forest people memiliki cara hidup dan nilai-nilai sosial yang berbeda dengan generasi milenial yang tinggal di kota sehingga mereka menerjemahkan tantangan milenial secara berbeda. Untuk alasan inilah, SOKOLA institute yang dibina beliau berperan memberikan advokasi dan pemberdayaan kepada forest people agar mereka memiliki pengetahuan, kemampuan serta pilihan untuk meresponi tantangan baik yang sekarang maupun di masa mendatang.
Comentários