‘hanya satu tanah yang dapat disebut Tanah Airku,
ia berkembang dengan usaha dan usaha itu ialah usahaku..
–Bung Hatta, dalam Pledoi Persidangan di Den Haag-
Tidak terasa, dengan masuknya kita di tahun 2014 ini, kepengurusan PPIA ACT 13/14 sudah akan memasuki putaran terakhirnya. Alhamdulillah, dengan dukungan dari berbagai pihak, PPIA ACT telah banyak menjalankan kegiatan untuk mewarnai kehidupan kita di Canberra ini, mulai dari kegiatan seni budaya dan olahraga, diskusi, maupun gathering. Memasuki periode akhirnya, ijinkan saya melalui tulisan ringan ini, ingin sedikit merefleksikan kembali hakikat dari status kita sebagai seorang insan akademis. Tulisan ini pula sekaligus untuk menyapa sahabat-sahabat baru kita yang telah/akan memulai studinya di Canberra, Australia.
Sebagai seorang insan akademis yang tengah menimba ilmu di luar negeri, kita mengemban beban sejarah yang cukup besar untuk meneruskan cita-cita para founding fathers Indonesia demi terwujudnya Indonesia yang lebih bermartabat. Sejak sebelum kemerdekaan Indonesia di tahun 1945, pergerakan pelajar Indonesia di luar negeri yang diantaranya dimotori oleh Bung Hatta, Sutan Sjahrir, KH. Ahmad Dahlan adalah salah satu kekuatan penting yang melatarbelakangi berdirinya negara Republik Indonesia. Para tokoh bangsa ini, memahami bahwa mereka adalah sedikit yang beruntung dari ratusan juta masyarakat Indonesia yang tidak mendapatkan akses terhadap pendidikan. Dengan berbekal gerakan perlawanan yang bersifat intelektual, para founding fathers Indonesia ini melakukan pola gerakan intelektual mahasiswa yang cerdas dengan cara melakukan kajian mendalam, tulisan yang tajam, dan lobi-lobi lihai di berbagai forum internasional. Gerakan intelektual yang dilakukan oleh para founding fathers di luar negeri ini pada akhirnya membuka mata dunia terhadap Indonesia.
Kesadaran sejarah inilah yang harus dapat kita maknai untuk dapat menemukan hakikat dari peran sosial mahasiswa yang sedang kita emban saat ini. Bahwa kita, harus dapat terus menghidupkan gerakan intelektual mahasiswa untuk mewujudkan Indonesia yang lebih baik. Gerakan intelektual mahasiswa yang saya pahami adalah sebuah gerakan yang tidak pernah berhenti untuk terus bergerak mengamati, mengkritisi, dan bertindak nyata dalam membangun bangsa. Meminjam sebuah istilah dari Prof Satjipto Rahardjo, “Mahasiswa butuh menjadi makhluk yang progresif. Mahasiswa harus berpikir ke depan, tidak sempit dan parsial memikirkan mengenai pemanfaatan keilmuannya”. Mahasiswa juga sepatutnya berpikir dan bertindak untuk masyarakat, tidak hanya berwacana saja, tidak hanya belajar dan bergerak untuk diri sendiri saja.
Untuk itulah, saya memaknai peran sebuah organisasi kemahasiswaan yang bernama Perhimpunan Pelajar Indonesia (PPI) tidak hanya sebagai ajang perkumpulan mahasiswa Indonesia di luar negeri, tetapi harus juga dapat berperan sebagai katalisator untuk dapat terus menghidupkan gerakan intelektual mahasiswa. PPI adalah embrio harapan masa depan bangsa, dan merupakan wadah bagi mereka yang mempunyai mimpi untuk menghadirkan perubahan yang lebih baik bagi bangsa Indonesia.
Dengan harapan itulah, PPIA ACT 13/14 membawa kembali slogan Buku-Pesta-‘Cinta’ yang cukup terkenal di era 1960an untuk menggambarkan kehidupan mahasiswa yang dinamis, kritis, dan bebas. Slogan ini selalu berupaya kami jadikan “ruh” yang mendasari segala kegiatan yang dijalankan. Kami senantiasa ingin mewujudkan PPIA ACT sebagai wadah pembelajaran, yang senantiasa bergerak bersama mengoptimalkan segenap potensi mahasiswa Indonesia di Canberra. Untuk mewujudkan hal tersebut, ada tiga core pilar yang berupaya kami tekankan dalam kepengurusan ini, yakni bagaimana dapat mengangkat semangat keilmuan dengan terus berupaya mewarnai ruang diskursus di Canberra; menekankan manfaat PPIA kepada seluruh masyarakat Indonesia di Canberra dengan menjadikan keragaman dan keunikan elemen-elemen masyarakat tersalurkan melalui wadah-wadah yang difasilitasi PPIA; serta berupaya untuk bersama-sama belajar mencintai Indonesia dengan cara lebih meningkatkan kepeduliaan dan kepekaan kita akan berbagai tantangan yang dihadapi bangsa Indonesia.
Memasuki periode akhir kepengurusan PPIA ACT 13/14 ini, saya ingin sekali lagi memohon support dan doa dari rekan-rekan semuanya. Pada awal Maret 2014 mendatang, Canberra akan menjadi tuan rumah Konferensi Internasional Pelajar Indonesia (KIPI). Sebuah konferensi internasional bi-annual yang merupakan acara terbesar dari PPI se-Australia. Konferensi ini akan mengumpulkan pelajar Indonesia dari seluruh dunia yang telah lolos seleksi sebelumnya, untuk mempresentasikan ide-ide inovatif dalam konteks pembangunan Indonesia. Diharapkan acara ini akan dapat menjadi wadah untuk mengekspresikan gagasan dan penelitian ilmiah yang pada akhirnya dapat ditransformasikan menjadi sebuah sumbangan konkrit untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat.
Saya percaya bahwa perubahan itu tidak dilakukan oleh banyak orang, perubahan digerakkan oleh beberapa orang yang mampu untuk melihat realitas yang ada, masuk ke dalamnya, kemudian memperbaikinya. Saya percaya bahwa mimpi besar mewujudkan Indonesia yang lebih baik dan bermartabat tidak akan dapat tercipta apabila kita hanya mempunyai mimpi semata, ia akan tercipta apabila kita mampu bangun dari mimpi tersebut dan bekerja keras mewujudkannya. Saya percaya Indonesia yang lebih baik akan dapat tercipta dari gagasan-gagasan kecil yang kita bawa untuk menjadi sebuah aksi nyata.
Akhir kata, marilah kita mengisi kehidupan kita di Canberra ini dengan bersama-sama menghidupkan kembali gerakan intelektual mahasiswa. Apalah artinya kita menempuh pendidikan tinggi di luar negeri ini, apabila tidak membawa manfaat buat Indonesia. Apalah arti gelar yang kita miliki, apabila tidak memiliki kesadaran akan tanggung jawab dan peran sosial yang kita miliki. Sebagaimana ungkapan bung Hatta di awal tulisan ini, sulit rasanya membayangkan Indonesia akan menjadi sebuah bangsa yang besar dan bermartabat apabila kita tidak memulainya dengan usaha dan mimpi kita. Mari kita sama-sama melanjutkan tradisi gerakan intelektual pelajar Indonesia yang telah diwariskan puluhan tahun lamanya oleh para founding fathers bangsa Indonesia.
Selamat mewarnai kehidupan kita di Canberra ini dengan lebih bermakna, sahabatku..Keep fight and keep your faith always! J
Salam hangat,
Pandu Utama Manggala
Comments